Asuhan Keperawatan
Kanker Hepar
A.
KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Kanker Hepar
Kanker hepar
atau kanker hati (hepatocellular carcinoma) adalah suatu kanker yang
timbul dari hati. Ia juga dikenal sebagai kanker hati primer atau hepatoma.
Hati terbentuk dari tipe-tipe sel yang berbeda (contohnya, pembuluh-pembuluh
empedu, pembuluh-pembuluh darah, dan sel-sel penyimpan lemak). Bagaimanapun,
sel-sel hati (hepatocytes) membentuk sampai 80% dari jaringan hati.
Jadi, mayoritas dari kanker-kanker hati primer (lebih dari 90 sampai 95%)
timbul dari sel-sel hati dan disebut kanker hepatoselular (hepatocellular
cancer) atau Karsinoma (carcinoma).
2. Etiologi
Penyebab
dari Ca. Hepar yaitu
- Cerosis Hepatis
- Virus Hepatitis B dan Hepatitis
C
- Kontak dengan racun kimia
tertentu (misalnya : ninil klorida, arsen)
- Kebiasaan merokok
- Kebiasaan minum minuman keras
(pengguna alkohol)
- Aftatoksik atau karsinogen
dalam preparat herbal
- Nitrosamin
3.
Patofisiologi
Berdasarkan
etiologi dapat dijelaskan bahwa Virus Hepatitis B dan Hepatitis C, Kontak
dengan racun kimia tertentu (misalnya : ninil klorida, arsen), Kebiasaan
merokok, Kebiasaan minum minuman keras (pengguna alkohol), Aftatoksik atau
karsinogen dalam preparat herbal, dan Nitrosamin dapat menyebabkan terjadinya
peradangan sel hepar.
Beberapa sel
tumbuh kembali dan membentuk nodul yang menyebabkan percabangan pembuluh
hepatik dan aliran darah pada porta yang dapat menimbulkan hipertensi portal.
Hipertensi portal terjadi akibat meningkatnya resistensi portal dan aliran darah
portal karena tranmisi dari tekanan arteri hepatik ke sistem portal. Dapat
menimbulkan pemekaran pembuluh vena esofagus, vena rektum superior dan vena
kolateral dinding perut. Keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan (hematemesis
melena). Perdarahan yang bersifat masif dapat menyebabkan anemia, perubahan
arsitektur vaskuler hati menyebabkan kongesti vena mesentrika sehingga terjadi
penimbunan cairan abnormal dalam perut (acites) menimbulkan masalah kelebihan
volume cairan .
Pada waktu
yang bersamaan peradangan sel hepar memacu proses regenerasi sel-sel hepar
secara terus menerus (fibrogenesis) yang mengakibatkan gangguan kemampuan
fungsi hepar yaitu gangguan metabolik protein, yang menyebabkan produksi
albumin menurun (hipoalbuminenia), sehingga tidak dapat mempertahankan tekanan
osmotik koloid. Tekanan osmotik koloid yang rendah mengakibatkan terjadinya
acites dan oedema. Kedua keadaan ini dapat menyebabkan masalah kelebihan volume
cairan. Metabolisme protein menghasilkan produk sampingan berupa amonia bila
kadarnya meningkat dalam darah dapat menimbulkan kerusakan saraf pusat (SSP)
yang dapat menimbulkan rangsangan mual dan ensefalopati hepatik.
Kerusakan
sel hepar juga mempengaruhi terganggunya metabolisme karbohidrat. Sel hati
tidak mampu menyimpan glikogen sedangkan pemakaian tetap bahkan meningkat
akibat proses radang, menyebabkan depot glikogen di hati menurun. Kurangnya
asupan (perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan) akibat anoreksia menyebabkan
turunnya produksi energi sehingga timbul gejala lemas, perasaan sepat lelah
yang dapat mengganggu aktivitas. Peradangan hati menyebabkan pembesaran pada
hati yang menimbulkan nyari. Nyeri yang tidak dapat ditoleransi menimbulkan
penurunan nafsu makan, asupan berkurang menyebabkan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
Berdasarkan
sumber lain fatofisiologi Ca. Hepar ada yang menjelaskan bahwa :
- Hepatoma 75 % berasal dari
Sirosis hati yang lama / menahun. Khususnya yang disebabkan oleh alkoholik
dan post nekrotik.
- Pedoman diagnostik yang paling
penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak.
- Tumor hati yang paling sering
adalah metastase tumor ganas dari tempat lain. Matastase ke hati dapat
terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Hal ini benar,
khususnya untuk keganasan pada saluran pencernaan, tetapi banyak tumor
lain juga memperlihatkan kecenderungan untuk bermestatase ke hati,
misalnya kanker payudara, paru-paru, uterus, dan pankreas.
- Diagnosa sulit ditentukan,
sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang sangat
luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.
4. Patologi
a. Ada 3
type :
1. Type
masif – tumor tunggal di lobus kanan.
2. Type
Nodule – tumor multiple kecil-kecil dalam ukuran yang tidak sama.
3. Type
difus – secara makroskpis sukar ditentukan daerah massa tumor.
b.
Penyebarannya :
1.
Intrahepatal.
2.
Ekstrahepatal.
5.
Manifestasi Klinik
Manifestasi
dini penyakit keganasan pada hati mencakup tanda-tanda dan gejala seperti :
- Gangguan nutrisi : penurunan
berat badan yang baru saja terjadi, kehilangan kekuatan, anoreksia, dan
anemia.
- Nyeri abdomen
- Pembesaran hati yang cepat
- Pada pemeriksaan fisik, palpasi
teraba permukaan hati yang ireguler
- Gejala ikterus, terjadi jika
saluran empedu yang besar tersumbat oleh tekanan nodul malignan
dalam hilus hati.
- Acites timbul setelah nodul
tersumbat vena porta atau bila jaringan tumor tertanam dalam rongga
peritoneal.
4.
Pemeriksaan
- Laboratorium:
1)
Darah Lengkap : Hb/Ht dan sel darah merah (SDM) mungkin menurun karena
perdarahan kerusakan SDM dan anemia terlihat dengan hipersplenisme dan defisit
besi leukopenia mungkin ada sebagai akibat hipersplenisme.
2)
Bilirubin serum : meningkat karena gangguan seluler, ketidak mampuan hati untuk
menkonjugasi atau obstruksi bilier.
3)
AST (SGOT) / ALT (SGPT), LDH : meningkat karena kerusakan seluler dan
mengeluarkan enzim.
4)
Alkali fosfatase : meningkat karena penurunan ekskresi.
- Radiologi :
Ultrasonografi
(USG), CT-Scan, Thorak foto, Arteriography, MRI. Dan Laparoskopi
- Biopsi jaringan hati.
6.
Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non Bedah
Penatalaksanaan
atau terapi ini hanya dapat memperpanjang kelangsungan hidup pasien dan
memperbaiki kualitas hidupnya dengan cara mengurangi rasa nyeri serta gangguan
rasa nyaman, namun efek utamanya masih bersifat paliatif. Penatalaksanaan non
bedah ini seperti :
1) Terapi
Radiasi
2)
Kemoterapi
b. Penatalaksanaan Bedah
1)
Lobektomi hati
2)
Transplantasi hati
7. Prognosa
Tumor ganas
liver memiliki prognosa yang jelek dapat terjadi perdarahan dan akhirnya
kematian. Dan proses ini berlangsung antara 5-6 bulan atau beberapa tahun
B.
MANAJEMEN KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN
Pengkajian
adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu prosesyang
sistematis dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
status kesehatan pasien (Iyer et.al., 1996 dalam Nursalam, 2001 : 17).
Dalam
pengumpulan data ada 2 tipe data yang ada pada pengkajian yaitu data subyektif
dan data obyektif (Nursalam, 2001 : 19).
- Data Subyektif
Data
Subyektif adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian. Data subyektif sering didapatkan dari
riwayat keperawatan termasuk persepsi pasien, perasaan dan ide tentang status
kesehatan (Nursalam, 2001 : 19).
Data
Subyektif yang biasanya muncul pada pengkajian dengan Ca. Hepar adalah
Keluhan
berupa nyeri abdomen, kelemahan dan penurunan berat badan, anoreksia, rasa
penuh setelah makan terkadang disertai muntah dan mual. Bila ada metastasis ke
tulang penderita mengeluh nyeri tulang.
- Data Obyektif adalah dan
diukurata yang dapat diobservasi dan diukur (Iyer, et.al., 1996, dalam
Nursalam, 2001 : 19). Data Obyektif yang dapat dikaji pada pasien dengan
Ca. Hepar adalah : penurunan tonus otot, distensi abdomen (hepatomegali,
Splenomegali, asites), penurunan BB atau peningkatan (cairan), edema,
kulit kering, ikterik, ensefalopati hepatik, takipnea, demam, hipoksia,
pernapasan dangkal, perubahan mental, ekspansi paru terbatas, peningkatan
suhu tubuh, dan sebagainya.
Pada
pemeriksaan fisik bisa didapatkan :
1. Ascites
2. Ikterus
3.
Hipoalbuminemia
4.
Splenomegali, Spider nevi, Eritoma palmaris, Edema.
Secara umum
pengkajian Keperawatan pada klien dengan kasus kanker hati, meliputi :
1. Gangguan
metabolisme
2.
Perdarahan
3. Asites
4. Edema
5.
Hipoproteinemia
6.
Jaundice/icterus
7.
Komplikasi endokrin
8. Aktivitas
terganggu akibat pengobatan
II. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Diagnosa
yang dapat muncul pada pasien dengan Ca. Hepar yaitu :
- Tidak seimbangan nutrisi
berhubungan dengan anoreksia, mual, gangguan absorbsi, metabolisme vitamin
di hati.
- Nyeri berhubungan dengan
tegangnya dinding perut ( asites ).
- Intoleransi aktivitas b.d
ketidak seimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan
- Resiko terjadinya gangguan
integritas kulit berhubungan dengan pruritus,edema dan asites
III.
RENCANAAN KEPERAWATAN
Rencana
keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan yang terdiri dari
tiga tahap yaitu menetapkan prioritas diagnosa keperawatan, menentukan tujuan
dan merumuskan intervensi keperawatan.
Adapun
rencana keperawatan pada pasien dengan Ca. Hepar adalah.
- a.
Tidak seimbangan nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual, gangguan
absorbsi, metabolisme vitamin di hati.
Tujuan :
1.
Mendemontrasikan BB stabil, penembahan BB progresif kearah tujuan dgn
normalisasi nilai laboratorium dan batas tanda-tanda malnutrisi
2. Penanggulangan
pemahaman pengaruh individual pd masukan adekuat .
Intervensi :
1. Pantau
masukan makanan setiap hari, beri pasein buku harian tentang makanan
sesuai Indikasi
2. Dorong pasien utk makan deit tinggi kalori kaya protein dg masukan cairan adekuat.
2. Dorong pasien utk makan deit tinggi kalori kaya protein dg masukan cairan adekuat.
Dorong
penggunaan suplemen dan makanan sering / lebih sedikit yg dibagi bagi selama
sehari.
3. Berikan
antiemetik pada jadwal reguler sebelum / selama dan setelah pemberian agent
antineoplastik yang sesuai .
Rasional :
1.
Keefektifan penilaian diet individual dalam penghilangan mual pascaterapi.
Pasien harus mencoba untuk menemukan solusi/kombinasi terbaik.
2. Kebutuhan
jaringan metabolek ditingkatkan begitu juga cairan ( untuk menghilangkan
produksi sisa ). Suplemen dapat memainkan peranan penting dlm mempertahankan
masukan kalori dan protein adekuat.
3.
Mual/muntah paling menurunkan kemampuan dan efek samping psikologis kemoterapi
yang menimbulkan stess.
b. Nyeri
berhubungan dengan tegangnya dinding perut ( asites )
Tujuan :
1. Mendemontrasikan
penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan
sesuai indikasi nyeri.
2.
Melaporkan penghilangan nyeri maksimal / kontrol dengan pengaruh minimal
pada
AKS
Intervensi :
1. Tentukan
riwayat nyeri misalnya lokasi , frekwensi, durasi dan intensitas ( 0-10 ) dan
tindakan penghilang rasa nyeri misalkan berikan posisi yang duduk tengkurap
dengan dialas bantal pada daerah antara perut dan dada.
2. Berikan
tindakan kenyamanan dasar misalnya reposisi, gosok punggung.
3. kaji
tingkat nyeri / kontrol nilai
Rasional :
1.
memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan / keefektifan intervensi
2.
meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian
3. kontrol
nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS.
c.
Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan
Tujuan :
1. Dapat
melakukan aktivitas sesuai kemampuan tubuh.
Intervensi :
1.
Dorong pasein untuk melakukan apa saja bila mungkin, misalnya mandi, bangun
dari kursi/ tempat tidur, berjalan. Tingkatkan aktivitas sesuai kemampuan.
2. Pantau
respon fisiologi terhadap aktivitas misalnya; perubahan pada TD/ frekuensi
jantung / pernapasan.
3.
Beri oksigen sesuai indikasi
Rasional :
1.
Meningkatkan kekuatan / stamina dan memampukan pasein menjadi lebih aktif tanpa
kelelahan yang berarti.
2. Teloransi
sangat tergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi, keseimbnagan
cairan dan reaksi terhadap aturan terapeutik.
3. Adanya
hifoksia menurunkan kesediaan O2 untuk ambilan seluler dan
memperberat keletihan.
d. Resiko
terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus,edema dan
asites
Tujuan :
1.
Mengedentifikasi fiksi intervensi yang tepat untuk kondisi kusus.
2.
Berpartisipasi dalam tehnik untuk mencegah komplikasi / meningkatkan
penyembuhan
Intervensi :
- Kaji kulit terhadap efek
samping terapi kanker. Perhatikan kerusakan atau perlambatan
penyembuhan
- Mandikan dengan air hangat dan
sabun
- Dorong pasien untuk menghindari
menggaruk dan menepuk kulit yang kering dari pada menggaruk.
- Balikkan / ubah posisi dengan
sering
- Anjurkan pasein untuk
menghindari krim kulit apapun ,salep dan bedak kecuali seijin dokter
Rasional :
- Efek kemerahan atau reaksi
radiasi dapat terjadi dalam area radiasi dapat terjadi dalam area radiasi.
Deskuamasi kering dan deskuamasi kering,ulserasi.
- Mempertahankan kebersihan tanpa
mengiritasi kulit.
- Membantu mencegah friksi atau
trauma fisik.
- Untuk meningkatkan sirkulasi
dan mencegah tekanan pada kulit/ jaringan yang tidak perlu.
- Dapat meningkatkan iritasi atau
reaksi secara nyata.
IV.
PELAKSANAAN
Pelaksanaan
merupakan langkah keempat dari proses keperawatan dan merupaka wujud nyata dari
rencana keperawatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan pasien akan keperawatan
dengan melaksanakan kegiatan – kegiatan sesuai dengan alternatif tindakan yang
telah direncanakan. Pelaksanaan keperawatan sebagai data untuk rencana
keperawatan.
V. EVALUASI
Evaluasi
merupakan langkah terakhir dalam keperawatan untuk menilai pencapaian tujuan.
Berdasarkan analisis, jika tujuan belum tercapai maka dilakukan perencanaan
selanjutnya (P) sebagai berikut :
- Rencana dilanjutkan yang
artinya diagnosa tetap berlaku, tujuan atau intervensi masih memadai.
- Direvisi yang artinya diagnosa
tetap berlaku, tujuan atau intervensi perlu direvisi.
- Diagnosa keperawatan atau
kemungkinan menjadi aktual atau bahkan disingkirkan (untuk diagnosa
kemungkinan). Jika diagnosa menjadi aktual maka dibutuhkan perencanaan
baru sehinggadalam planning (P) diuraikan perencanaan yang dimaksud.
- Tujuan tercapai maka
perencanaan selanjutnya tidak perludilanjutkan, tidak perlu direvisi dan
tidak perlu perencanaan baru.
- Rencana semula dipakai lagi,
jika dalam analisis ditentukan bahwa masalah atau diagnosa yang telah
teratasi terjadi kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,
Marilynn E., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC : Jakarta
Inayah, Iin,
2004, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan, Edisi
1, Salemba Medika : Jakarta
Nursalam,
2001, Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktek, Edisi 1,
Salemba Medika : Jakarta
Smeltzer,
Suzanne C., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner dan
Suddarth, Edisi 8, EGC : Jakarta